Menulis itu mudah?

 


Day 9, 27 Januari 2023
KBMN PGRI angkatan 28 bersama tim solid Om Jay.

            One time bersama Prof. Dr. Ngainun Na'im dan Ibu moderator, Lely Suryani,S.Pd.SD

               Keren tak, belajar bersama orang -orang hebat? Dan juga bersama pemateri berpengalaman? Jawabannya Yoo pasti kereeen pool.
 
" Eits.... Liat judul : Writing Soo easyyyy? Benarkah? "

https://ngainun-naim.blogspot.com/2016/06/suatu-sore-di-bulan-ramadhan.html

(Cek link diatas)

  Tulisan ini hanya beberapa paragraf. Berkisah tentang suasana ramadhan di ALun-Alun Trenggalek tempat  Mr. Prof. Ngainun tinggal.
 
   Ini contoh lagi tentang kisah pertemuan beliau dengan seorang sahabat yang sebelumnya hanya beliau kenal di WA.

   Intinya beliau ingin menyampaikan salah satu kunci menulis yang mudah.

   (1) Menulislah hal-hal sederhana yang kita alami.
   Jadi pengalaman hidup sehari-hari itu sumber tulisan yang subur. Kita akan mudah menuliskannya karena kita menceritakan apa yang kita alami.

      Tinggal kita memilih aspek apa yang mau kita ceritakan. Takutlah jika tidak menulis

Nah Bloggy, kata Mr. Prof. Ngainun, jika kunci (1) dijalankan, menulis akan mudah.

Kunci ke (2): jangan menulis sambil dibaca lalu diedit.

Karena hal itu dapat menjadi hambatan psikologis dalam menuangkan pikiran.

"Nulis itu ya nulis". Kata beliau.

    Keluarkan saja apa yang ada dalam pikiran secara bebas. Terus saja menulis. Selesai menulis atau karena sudah habis yang mau ditulis, tinggalkan dulu. Simpan di komputer. Jangan dibaca dulu.
 
       Cari suasana psikologis yang berbeda. Istilahnya ENDAPKAN DULU. Saat berbeda, misalnya nulisnya pagi, maka saat sore baru dibaca.

   Cermati kalimat demi kalimat. Tambahkan ide yang ada jika memang perlu ditambah. Jika ada typo, perbaiki. 

https://www.kompasiana.com/ngainun-naim.berbagi/63d1f30408a8b51db6795d52/menjadikan-literasi-sebagai-tradisi.

(Tulisan apik untuk menguatkan semangat!)

Ke (3) menulis tentang perjalanan.

        Ini juga jenis tulisan yang mudah dibuat. Lawan terbesar penulis adalah diri sendiri. Itu butuh perjuangan. Beliau juga mengalaminya. Seiring perjalanan waktu, Kualitas itu akan meningkat seiring dengan banyaknya karya yang kita hasilkan. Tentu juga harus belajar tanpa henti. 

"Saya sampai sekarang masih terus belajar, mencari informasi, menonton YouTube, membaca, dan terus menulis". Kata beliau.

        Jadi teruslah menulis. Bagaimana kualitas bisa meningkat jika berhenti menulis? Tentu ada. Jadi biasakan membuat TEMPLATE atau semacam ancangan (kerangka) sederhana saat membiasakan menulis secara nyicil. 

       Misalnya: Saya mau menulis tentang: EMPAT HAL YANG MUDAH DITULIS. Paragraf satu: buat panduan: Menulis Itu mudah apa sulit?

(Gimana Bloggy, Iyesss bukan...☺️)

        Menulis setiap hari bukan berarti tanpa editing.  Aspek yang penting dari menulis itu adalah kemampuan mengeluarkan ide dan gagasan menjadi tulisan. 

        Ini jangan dipagari dulu dengan teori ini dan itu. Berani dulu. Artinya, ini tahapan yang belum selesai. Nah, setelah tulisan jadi, baru diedit. Itu dua hal berbeda. Jika menulis itu diawali dari harus begini, harus begitu, maka jadinya kayak mahasiswa yang menulis skripsi itu. Takut salah. Takut ini itu. Jadinya ya nggak jadi-jadi.

https://www.spirit-literasi.id/2022/09/kunjungi-jurnal-tujuan.html.

https://www.spirit-literasi.id/2022/09/penyebab-penolakan-artikel-jurnal.html.

https://www.spirit-literasi.id/2022/09/dari-lima-belas-menit-hingga-lima-belas.html.

(Gass.... Open it)

      Mungkin bagi saya menulis itu artinya mengurangi beban imajinasi dan ide yang berseliweran di kepala. Dengan menulis saya mengaktualisasi diri saya, yang tidak bisa saya ungkapkan dengan bahasa lisan.

        Sehingga menulis merupakan healing tersendiri bagi seorang pengamat seperti saya.😅

  Sedikit kisah yang pernah saya alami, di masa kecil kami yang kelahiran tahun 80- am, gadget baru dirasakan saat di bangku perkuliahan. Semasa kecil sangatlah jauh dari kata teknologi digital. Namun, masa-masa itu adalah masa yang sangat mengesankan. Dimana kehidupan sosial masyarakat sangat kental dirasakan dan mungkin saat ini kalimat Anjang sana, silaturahim itu hanya seperti kata pemanis bibir.
        
      Dan ketika mengenang masa-masa itu rupanya setelah duketikan atau ditulis, sudah jadi satu paragraf padahal baru opening ceritanya saja.  Nah, dari pelajaran Mr. Prof. Ngainun dan mantranya Om Jay. Eh saya sudah nulis berparagraf - paragraf.

          Nah, Bloggy masih bilang menulis itu sulit ? Writing is easy, Yeay...!🤗🤗


Kuala Pembuang
Yeni Arifin 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sukses Ngeblog ala Mr. Dedi Dwitagama

KIMIA ITU MUDAH

MENERBITKAN BUKU BERSAMA PENERBIT INDIE