Menggiatkan Majalah Sekolah

 


Hari ini : Rabu, 1 Februari 2023

Materi   : Mengelola Majalah Sekolah 

Pemateri : Widya Setianingsih, S.Ag 

Moderator: Mutmainah,M.Pd 


📔 Menggiatkan Majalah Sekolah


       Kita adalah denting yang beresonansi 

       Mengurai nada dalam riuh dan sepi..

       Kita adalah deretan huruf yang berbaris         tak berjeda

       Mengungkap setiap kisah dalam suka             dan duka. 

        Kita adalah seutas tali yang terhubung            dalam tarikan jemari

        Berbisik dalam hati, dan bercerita dari            dalam mimpi.

Diawali dengan puisi indah yang sarat motivasi ini. 

*Hebatnya teman sejati adalah bahwa mereka dapat tumbuh secara terpisah tanpa terpisah*         

Mengenalnya di gelombang 21 lalu dipertemukan bulan Desember kemarin dalam acara temu penulis nusantara.

 Sahabat rasa saudara, kadang ia menjadi sosok seorang kakak, teman, bahkan bisa juga menjadi musuh bebuyutan 😀😀 beliau adalah 

*Widya Setianingsih* seorang guru di MI Khadijah Malang alumni BM 21 yang kariernya melesat bak pesawat jet dari peserta menjadi moderator sekaligus narasumber, kurator, dan sekarang merangkap menjadi editor juga penulis buku puisi 

*"Laras Laras Makna dalam Kata"*

 Sekaligus pimpinan redaksi majalah sekolah yang bertajuk KHARISMA DI MI Khadijah kota Malang. 👏👏🥰

        Demikian, Ibu Mutmainah selaku moderator memperkenalkan pemateri yakni Ibu Widya.

        Majalah sekolah adalah terobosan yang luar biasa bagi kami Guru di daerah. Salah satu kegiatan yang dapat membangkitkan semangat berprestasi bagi anak didik, motivasi bagi publikasi kegiatan dan karya guru. Namun bagaimana membuat dan mengelolanya, semuanya dikupas tuntas dalam pembelajaran malam ini.

    " Apa yang Bapak/Ibu rasakan saat ada foto kita, foto anak kita terpampang di sebuah artikel majalah? Entah itu karena prestasi, atau sekedar foto selfi saat melakukan kegiatan sekolah". ( Kata Bu Widya).

" Pasti bangga, bercampur senang bukan??" Lanjut beliau.

"Setiap sekolah tentu kita dikenal oleh khalayak luas. Baik sekolah negeri, lebih-lebih sekolah swasta".

" Selain itu sebagai lembaga formal, komunikasi, promosi, dan sosialisasi dengan orangtua, masyarakat sebagai STAKE HOLDER sangat diperlukan". Tuturnya.

" Semua itu dapat terjawab dengan hadirnya Majalah Sekolah". Lanjut Bu Widya.

     Segala sesuatu tentu ada tantangan dan kendalanya seperti :

1. Over thinking 

     Lanjut Bu Widya menuturkan.

"Tentu sebagian dari kita berfikir, haduuh rasanya tidak mampu deh punya majalah sendiri".

" SDM kurang, biaya tidak ada dan dukungan dari sekolah kurang optimal".

"Itu sama dengan pikiran yang saya dan teman saya rasakan awal mula berdirinya Kharisma (nama majalah sekolah kami)," kata Bu Widya.

2. Komitmen 

     Berkaca dari pengalaman Narasumber, Bu Widya menceritakan:

"Awal mula, hanya ada dua orang yang merintis terbitnya majalah sekolah".

"Satu teman saya sebagai pimred merangkap layouter."

"Dan saya sebagai pemburu berita merangkap bendahara".

       Tak terbayang tentu bagaimana majalah Kharisma di awal-awal terbit ya Bloggy. Karena menurut Bu Widya (KBMN PGRI,2023), Majalah Kharisma hanya berukuran setengah kertas folio. Untuk mencetaknya kami hanya mampu fotokopi. 

      Layout dengan cara gunting dan tempel. Kemampuan menulis apa adanya bukan soalan. Karena keinginan hanya berbagi informasi, berita, dan cerita tentang anak didik.

" Akhirnya majalah pertama sekolah kami bisa sampai ditangan anak-anak didik kami". Demikian beliau bercerita.

3. Pendanaan 

Saat itu penggandaan majalah Kharisma didanai oleh sekolah.

      Oleh karena itu, dukungan dan peran dari stake holder sekolah sangat penting. Terutama dalam peningkatan kualitas pendidikan, produktivitas kegiatan yang semuanya merupakan sarana untuk meningkatkan prestasi siswa dan kompetensi guru.

3. Proses 

       Sebagaimana yang dituturkan oleh narasumber, tidak ada yang jadi dalam sekejap. Segalanya perlu proses.

" Perjalanan Majalah sekolah yang apa adanya tersebut berjalan hingga dua tahun. Tetap dengan dua crew yang bertugas rangkap". Ungkap Bu Widya.

" Sampai akhirnya kami harus melepas majalah Kharisma ditahun ke tiga".

"SDM yang terbatas dan dana menjadi kendala utama.😢". ( Sedih mendengarakan cerita ini).

"Dua tahun Kharisma melakukan hibernasi. Hingga akhirnya kami bangun kembali". Kenang Bu Widya.

"Selama tidur panjang kami sibuk berbenah. Crew Majalah kami lengkapi. Mulai dari penasehat, penanggung jawab, pimred, bendahara, editor, layout, hingga 4 orang pemburu berita".

 "Kami ajukan proposal yg detil pada pihak yayasan/sekolah. Mencari solusi pendanaan selain dari dana BOS".

"Mempercantik tampilan hingga ke percetakaan. Mempertebal muatan bergizi dari isi majalah".

Finally *"KHARISMA REBORN"* ...💞  

"Tahun 2010 saya dipercaya untuk menjadi Pimred. Hal yang berat memang. Tapi saya percaya dengan tim saya, dengan crew yang saling membahu".

( Walaupun kadang seperti pengalaman pribadi, setelah susah menjadikannya seorang lain yang mengambil alihnya setelah matang dan jaya). Mungkin ini juga bagian dari tantangan itu.

 
        Setelah narasumber memaparkan pengalaman dan materi mengolah majalah sekolah, kemudian berikut ini beberapa rangkuman pertanyaan dan jawaban dari pertanyaan peserta:

1. Mengacu pada WIKIPEDIA.ISBN (International Standard Book Number) adalah kode pengidentifikasian buku yang bersifat unik. Informasi tentang judul, penerbit, dan kelompok penerbit tercakup dalam ISBN. ISBN terdiri dari deretan angka 13 digit, sebagai pemberi identifikasi terhadap satu judul buku yang diterbitkan oleh penerbit.

Saat ini Isbn diganti QCRBN. 

Yaitu

       QRSBN (QR Code Standard Book Number) adalah Aplikasi pengidentikasi Buku dengan teknologi terbaru dengan QR Code sebagai pemberi identifikasi unik secara internasional terhadap satu buku maupun produk seperti buku yang diterbitkan oleh penerbit.

            Dengan nama lain kode paten bahwa buku itu adalah karya kita yg tdk bisa di ambil atau di bajak orang lain

2. Penanya ke 2 

 " Mengelola Majalah Sekolah (MS) memang tidak mudah. Betul, diperlukan kemauan kuat. Dan kadang siap apa saja. jika tulisan terlambat datang, kitalah serepnya. Banyak contohnya untuk majalah komunitas semacam ini. Yang nulis itu-itu terus. Tetapi sebenarnya kalau kita punya tabungan naskah, enak. Setidaknya 1,2 penerbitan. Majalah kecilku dulu terbit tiap bulan, jadi sering keponthal-ponthal.Mbak Widia, majalah Sekolah dengan hard cover apa tidak mehong. Apakah Ortu tidak berat membayarnya. wajib kan?"

"Terimakasih".

Memang semua itu harus memiliki seseorang yg menjadi motor suatu organisasi. Yang mendorong, mengompori crew. 

Tapi kita tidak perlu bersusah payah menulis sendiri. 

Libatkan SISWA kita untuk ikut serta menulis. 

Pasti orangtua akan lebih senang anaknya berkarya. 

Kita bisa memanage sendiri budget dari majalah kita. 

Majalah Kharisma terdiri dari 40 hal, dgn 10 hal berwarna. 

Biaya cetaknya 10 - 11 ribu saja. 

Jika ingin lebih menekan budget kurangi halamannya, bisa hitam putih tdk perlu warna. 

Apakah orangtua tdk keberatan??? 

Tentu tidak jika mereka paham dan mengerti ttg pentingnya majalah sekolah. 

Bahkan ikut promosi dan bangga dgn adanya majalah sekolah. Lebih2 jika foto anaknya terpampang di majalah. Bisa2 satu RT dipamerin semua🤭

3. Penanya ke 3

Saya *Evridus Mangung- Peserta KBMN 28*. Saya tertarik dengan pernyataan awal dari narsum di pembuka diskusi malam ini. Jika ingin menjadi penulis yang produktif maka kuncinya adalah MAU. Pertanyaannya: Bagaimana cara menjembatani dari kondisi *TIDAK MAU* menjadi *MAU MENULIS*. Adakah tips yang narsum bisa bagikan kepada kami peserta KBMN 28 untuk mengatasi situasi *TIDAK MAU* menjadi *MAU MENULIS*? 

Terimakasih pak Evridus... 

Untuk menjadi MAU, semua berpulang pada diri kita masing2. 

Tanyakan pada hati kita, apa yg akan kita torehkan dalam hidup ini?

Apa yang bisa kita berikan pd anak cucu utk mengenang kita? 

Niat, dan komitmen. 

Itu kuncinya. 

Bergabung dgn komunitas menulis akan menjaga niat kita menulis tetap menyala. 

Mengutip pernyataan bunda Kanjeng diawal kelas dulu. 

Jadikan keinganan mau menulis sebagai suatu kebutuhan. 

Jadikan keinginan menulis seperti UDARA, yang akan membuat kita sesak nafas tanpanya. 

Jadikan menulis sebagai RENJANA yang membuat kita ketagihan jika tidak menulis. 

💪🏻💪🏻💪🏻

 Demikian motivasi dari narasumber yang beberapa telah dikutip. Pada intinya segala sesuatu yang diniatkan dan dimimpikan, perlu komitmen dan konsistensi dalam perwujudannya.

Kuala Pembuang 3 Februari 2023

Yeni Arifin 




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume pertemuan 1 KBMN PGRI 28

BAGAIMANA MENULIS BIOGRAFI

POIN BUKU PADA KENAIKAN PANGKAT