Diary Sang Guru 9

 Day 9, 

Kamis, 9 Februari 2023

🌼💐🥀🌺🌸🏵️

SEKOLAH SEBAGAI TAMAN SISWA

             Foto : dokumen pribadi 

          Hari itu, Mrs. Fiant di hadang oleh anak-anak dari kelas X IPA 3. Mrs. Fiant sedikit kaget, tiba-tiba ada dua anak lelaki dan tujuh anak perempuan menghadangnya di depan ruang Guru.
           
" Eh, ada apa ini ? Pada rame-rame ? " Tanya Mrs. Fiant. 
         
          Melihat anak-anak ini seperti ingin menyampaikan sesuatu, Mrs. Fiant urung masuk ke dalam ruang Guru. Mrs. Fiant memilih duduk di kursi kayu panjang yang ada di depan kantor. Tak berapa lama datang lah Reva. Melihat Reva menghampiri, pahamlah Mrs. Fiant ini ada kaitannya dengan accident Kamis yang lalu.

" Bu, Ulun mau minta maaf." Kata Reva.

" Hmm... Kenapa?" Sahut Mrs. Fiant. 

" Kemaren saya salah ucap, tidak bermaksud menyinggung Ibu." Sahutnya kemudian.

       Mrs. Fiant tersenyum, kemudian mengatakan bahwa dia tak pernah merasa tidak nyaman dengan apa yang di ucapkan Reva. Namun dirinya sendiri ingin menguji, bagaimana anak didiknya menyikapi hal ini. Tentu kata-kata merendahkan martabat seorang guru, bagi guru yang bersangkutan bukanlah hal sepele. Ada adab yang perlu ditegakkan.

              Sejauh ini, Mrs. Fiant mengamati bahwa ketika anak-anak ini diberikan teguran biasa, tidak pernah diindahkan oleh mereka. Bahkan meskipun sudah dilakukan panggilan personal ke guru BK, balik ke kelas hanya dijadikan mereka sebagai lelucon. Namun jika ini diperpanjang hingga panggilan kepada orang tua, terkadang malah berefek lebih buruk.
 
          Mrs. Fiant berpura - pura merajuk. Memang hal ini jika dipandang adalah hal yang tidak tepat. Bisa jadi justru jadi pandangan negatif bagi guru lainnya dan kepala sekolah. Bagaimana tidak, Mrs. Fiant tidak mau masuk ke kelas itu selama 3 kali berturut-turut. 

Hari 1 :
              Kelas Mrs. Fiant kosong, kebetulan kepala sekolah berkeliling dan memfoto kelas itu, kemudian mengirimkan wa teguran kepada Mrs. Fiant.  Mrs. Fiant menjelaskan duduk masalahnya. Anak-anak ini belum bergeming. Dalam hati Mrs. Fiant, belum ada efek sepertinya. 

Hari 2 : 
          Sedikit memprovokasi, Mrs. Fiant Mengajar di kelas sebelah dengan metode bermain Game,  sehingga kelas menjadi riuh dan seru. Ada beberapa anak dari kelas X IPA 3 yang melihat. Begitu Mrs. Fiant keluar dari kelas sebelah usai jam pelajaran. Siswa ini pun segera menyapa beliau. 

" Ibuuu.... kenapa tidak masuk di kelas kami...." Katanya, namun ditanggapi Mrs. Fiant dengan senyuman sambil mendadahkan tangan.

 " Di YouTube ada kok, nonton you tube aja kan, nggak perlu di jelaskan Ibu."  Mrs. Fiant pun beranjak meninggalkan Widya yang tersenyum kecut.

         Belum muncul lagi si pelaku, namun, teman-temannya yang lain sudah gelisah. Tapi nampaknya pelaku sudah mulai mendapatkan sedikit pelajaran tampak siluet tubuhnya di sisi pintu menghadap arah berlawanan dari Mrs. Fiant.
 
           Dalam benak Mrs. Fiant berkata, sedikit lagi. Ada rasa syukur di hati Mrs. Fiant, dirinya masih dirindukan, begitu fikirnya. 

           Hari ini pun berlalu, bukanlah hal mudah begi seorang guru menelantarkan kelas belajarnya. Namun menurut Mrs. Fiant harus ada strategi bagaimana merebut hati anak-anak ini, dimana mereka tidak lagi antusias dengan isi pelajaran yang dari zaman Mrs Fiant sekolah pun sampai sekarang tetap sama. 

     Adapun beberapa yang berubah, salah satunya adalah metode penyampaian, hasil yang ingin dicapai. Mungkin saat dulu yang masih kurikulum KBK, target kompetensi yang dicapai hanya berbasis pengetahuan. 

    Sementara di zamannya dunia dalam genggaman ini, tentunya kompetensi praktik atau keterampilan jauh lebih penting Dan harus dimiliki oleh setiap siswa agar dapat bersaing dengan manusia lainnya dalam kehidupan kedepannya.

Hari ke 3 : 

  Hari ini adalah hari dimana Mrs. Fiant harus masuk ke kelas X IPA 3. Namun Mrs. Fiant tetap tidak masuk ke kelas tersebut. Tak berapa lama datanglah Fika menemui Mrs.  Fiant di ruang Guru. 
 
" Ibu, ini punya Fika. Proyek alat uji elektrolit punya Fika dan kawan-kawan sekelompok. Fika sudah buat sesuai instruksi Ibu." Kata Fika.

" Yang lain mana Fika, apakah yang lain juga sudah menyelesaikannya ? " Tanya Mrs. Fiant. 

" Ya am, mereka itu Bu, hanya dua kelompok yang membuat, yang lainnya masih tidak membuat." Sahutnya.

" Oh, terus kenapa baru Fika yang mengumpulkan, mana 2 lagi. Apa yang lainnya belum kesini ?"  Tanya Mrs. Fiant

" Nah, Fika nggak tahu Bu, tapi tadi Fika mendengar Muthia bilang tertinggal Bu." Kata Fika.

" Oh, begitu. Makasih ya Fika."  Kata Mrs. Fiant. 

          Mrs. Fika tersenyum. Fika memang anak yang baik, sambil melihat Fika beranjak pergi, Mrs. Fiant mendoakan Fika, dengan doa harapan bahwa anak yang baik ini pun semoga kehidupannya beruntung dan sukses. Fika adalah anak dari keluarga yang sederhana, namun Ia memiliki semangat belajar yang tinggi. 

      Hari ini belum bergeming , Mrs. Fiant berusaha bersabar. Mrs. Fiant menuju kelas X IPS 2, sudah saatnya untuk masuk pada saat itu.

Hari ke 4 :

            Seperti biasa Mrs. Fiant pagi ini masuk di kelas X IPS 1 untuk memberikan mata pelajaran lintas minat.  Di bawah rimbun pohon tampak Ibu Siji guru Geografi sedang mengajak para siswa untuk belajar di luar kelas. Tampak antusias para siswa, melihat hal ini Mrs. Fiant ikut mengabadikan momen ini. 

          Jam pelajaran berganti. Kemudian Mrs. Fiant masuk kembali ke kelas X IPS 3. Sebelum memulai pelajaran, beliau meminta beberapa siswa membersihkan kelas yang penuh sampah bola kertas. Sepertinya mereka sedang bermain perang kertas, di benak Mrs. Fiant.
               Pelajaran berlangsung seperti biasanya. Usai jam pelajaran, Mrs. Fiant kembali ke ruang Guru. Ternyata di sana telah menanti 9 orang siswa dari kelas X IPA 3, mengajukan diri meminta maaf. Ada pelaku disana. Mrs. Fiant bersyukur, mereka tergerak juga.
 
" Fika, tunggu sebentar.. ada yang ingin ibu tanyakan." Cegah Mrs. Fiant ketika Fika yang paling terakhir ingin kembali ke kelas. 

" Ada yang menyuruh kah, kalian ke sini ?" Tanya Mrs. Fiant.

" Tidak Ibu, mereka sendiri yang mau." Kata Fika.

" Syukurlah kalau begitu." Kata Mrs. Fiant tersenyum.

           Pelajaran kali ini adalah menghormati dan menghargai bapak dan ibu guru. Berani meminta maaf secara berani dan mengakui kesalahan. Adalah suatu hal yang hampir punah. Melihat hal ini masih jadi bagian dari pribadi siswa tentu menjadi sangat melegakan. 

        Keesokan harinya Mrs. Fiant masuk ke dalam kelas mereka, kemudian memberikan apresiasi terhadap perilaku positif yang telah mereka lakukan. Mrs. Fiant menjelaskan bahwa mereka telah berhasil melakukan sebuah kebaikan. Meskipun Mrs. Fiant sendiri tidak bermaksud melakukan perilaku yang mungkin bagi sebagian orang kekanak-kanakan, setidaknya hari ini Ia mendapati anak-anak ini dengan kemurnian hatinya.

        Kita hanya dapat mengajarkan apa yang kita tahu dan apa yang kita mampu. Apa adanya dan jika ada kebaikan di dalamnya maka itu semata-mata datang dari Allah SWT 🤲

Kuala Pembuang

Yeni Arifin 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resume pertemuan 1 KBMN PGRI 28

BAGAIMANA MENULIS BIOGRAFI

POIN BUKU PADA KENAIKAN PANGKAT